Klasik Adalah Penulisan Babad Yang Merupakan Salah Satu Jenis Penulisan Historiografi

Klasik Adalah Penulisan Babad Yang Merupakan Salah Satu Jenis Penulisan Historiografi

Bagaimana Cara Penulisan Rupiah yang Benar?

Berdasarkan aturan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) II.H.5. dijelaskan bahwa lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

Sementara itu, pada poin II.H.6. disebutkan bahwa akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal, maka setiap kata depan ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Sesuai dengan aturan tersebut maka penulisan rupiah bisa ditulis sebagai "Rp" tanpa tanda titik.

1. Ditulis dengan Menggunakan Huruf Awal Kapital

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, penulisan rupiah dengan simbol ditulis dengan kapital hanya pada huruf awal saja. Jadi rupiah ditulis sebagai "Rp" bukan "rp" ataupun "RP"

2. Ditulis Tanpa Tanda Titik

Penulisan rupiah juga tidak diikuti tanda titik setelah akronim. Adapun penulisan yang tepat adalah "Rp100.000" tanpa disertai tanda baca titik, bukan "Rp.100.000"

3. Tidak Ada Pemisah antara Satuan Mata Uang dengan Nominal

Penulisan rupiah yang sesuai ditulis tanpa adanya spasi pemisah antara satuan mata uang (dalam hal ini rupiah) dengan nominalnya. Dengan demikian penulisan yang benar yakni "Rp100.000", dan bukan "Rp 100.000"

4. Menggunakan Tanda Titik untuk Menyatakan Ribuan, jutaan, hingga miliar dan triliun

Tanda titik (.) digunakan jika nominal yang mengikuti satuan mata uang rupiah adalah ribuan, jutaan, hinggal miliar dan triliun. Misalnya "Rp1.000", "Rp1.000.000", "Rp1.000.000.000", dan lain sebagainya.

PEMBAHASAN (Level II)

Pembahasan berisi ringkasan hasil penelitiannya, keterkaitan dengan konsep atau teori dan hasil penelitian lain yang relevan, interpretasi temuan, keterbatasan penelitian, serta  implikasinya terhadap perkembangan konsep atau keilmuan.

(ARIAL 14, BOLD, CENTRE, HURUF KAPITAL, SPASI 1)

Lembaga Penulis1, Lembaga Penulis2

email korespondensi: [email protected]

Abstract: Title in Indonesian or English, formulated with clear and concise, no more than 40 characters, written in Arial font, size 14, bold, 1 spacing, center margin, uppercase and less than 12 words. Topics raised or a research dissertation. Name the author of all without a title, written with Arial font, size 12 pts, bold, center margin. The name of the second row in the order agency authors, written with Arial font, size 10, center margin. Author email address in the third row. If there is a second and subsequent writers, writing together with the identity of the first author. Abstract manuscript written in English and Indonesia, Arial font, size 10, 1 space. Maximum length of abstract is 250 words. Type the entire abstract as single paragraph. The contents are objective research, method, population, sample, instrumen and result. For abstract in English is written in italic. Keywords written in Arial font, size 10 pts, below the abstract text.

Keywords: keywords 1, keywords 2, etc (no more than five keywords)

Abstrak: Judul dalam bahasa Indonesia atau Inggris, dirumuskan dengan singkat dan jelas, tidak lebih dari 40 karakter, ditulis dengan huruf Arial, ukuran 14, bold, 1 spasi, margin tengah, huruf kapital dan kurang dari 12 kata. Topik diangkat atau merupakan hasil penelitian disertasi. Nama penulis semua tanpa gelar, ditulis dengan huruf Arial, ukuran 12 pts, bold, margin tengah. Nama lembaga pada baris kedua sesuai urutan lembaga penulis, ditulis dengan huruf Arial, ukuran 10, margin tengah.  Alamat email penulis pada baris ketiga. Jika ada penulis kedua dan seterusnya, penulisan identitas sama dengan penulis pertama. Untuk bahasa Inggris tulisan dicetak miring. Naskah Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan Indonesia dengan huruf Arial, ukuran 10, 1 spasi. Panjang abstrak maksimum terdiri dari 250 kata. Abstrak berisi tujuan penelitian, metode, populasi, sampel, instrumen, dan hasil. Untuk abstrak dalam bahasa inggris ditulis italic. Kata kunci ditulis dengan huruf Arial, ukuran 10 pts, dibawah naskah abstrak. Tulisan kata kunci ditulis bold.

Kata kunci: kata kunci 1, kata kunci 2, dst

Artikel Ilmiah ditulis dengan format 1 kolom. Pendahuluan tidak perlu diberi judul, ditulis langsung setelah kata kunci, dengan huruf Arial, ukuran 12, spasi 2 di kertas A4, dengan margin kiri 4cm, kanan 3cm, atas 4cm, dan bawah 3cm dengan jumlah halaman ±20 halaman. Pendahuluan berisi latar belakang permasalahan yang didukung oleh konsep, teori dan hasil-hasil penelitian dari sumber-sumber pustaka yang relevan dan mutakhir. Diakhir pendahuluan disebutkan tujuan penulisan artikel atau penelitian secara jelas.

Metode berisi jenis metode atau jenis pendekatan yang digunakan, uraian data kualitatif dan/atau kuantitatif, prosedur pengumpulan data, dan prosedur analisis data.

Hasil berisi jawaban dari permasalahan penelitian secara kuantitatif dan/atau kualitatif secara jelas, tepat dan lengkap yang dapat menggunakan informasi dalam bentuk gambar/grafik/tabel/uraian secara aktual.

Tidak Ada Pemisah antara Satuan Mata Uang dengan Nominal

Penulisan rupiah yang sesuai ditulis tanpa adanya spasi pemisah antara satuan mata uang (dalam hal ini rupiah) dengan nominalnya. Dengan demikian penulisan yang benar yakni "Rp100.000", dan bukan "Rp 100.000".

Ditulis Tanpa Tanda Titik

Penulisan rupiah juga tidak diikuti tanda titik setelah akronim. Adapun penulisan yang tepat adalah "Rp100.000" tanpa disertai tanda baca titik, bukan "Rp.100.000".

Meski sudah menjadi hal yang umum, namun hingga saat ini mungkin tidak semua orang bisa atau mengetahui cara menuliskan nominal uang rupiah secara benar. Padahal hal ini sangat mudah untuk dilakukan bila kita mengerti mengenai aturan penulisannya.

Nampaknya memang hal yang sepele dan sederhana, namun apabila penulisan rupiah yang benar tidak diperhatikan, kamu mungkin akan terlihat kurang cakap dalam dunia kepenulisan maupun profesional akademis.

Lalu, bagaimana cara penulisan rupiah yang benar? Berikut penjelasannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penulisan Kata Ganti, Dipisah atau Digabung?

Dikutip melalui website resmi Universitas Darunnajah dalam salah satu materi di Sistem Pembelajaran Daring Indonesia (SPADA) Kemdikbud, kata ganti adalah pengganti untuk orang atau benda dalam suatu kalimat.

Kata ganti memiliki banyak sekali fungsi. Pertama, membantu memperkaya struktur kalimat. Sehingga kata ganti bisa mencegah kalimat monoton dalam satu paragraf karena mirip dengan kalimat lainnya. Hal ini juga efektif meningkatkan keterbacaan dan mendorong minat baca.

Kedua, kata ganti berperan penting dalam mencegah terjadinya pengulangan kata. Terutama jenis kata yang berkaitan dengan orang maupun benda. Sehingga, tidak ada kalimat tidak efektif dan menjadi pengulang dari kalimat sebelumnya.

Dalam buku Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Berbasis Pembelajaran Aktif (2017), ada beberapa jenis kata ganti. Meliputi aku, saya, kamu, engkau, dia, dan mereka. Jenis kata ganti ini kemudian hadir dalam versi pendek. Menjadi -ku, -mu, ku-, kau-, dan -nya.

Lalu, bagaimana aturan penulisan kata ganti yang benar? Kata ganti ada yang penulisannya harus dipisah dengan kata setelahnya maupun sebelumnya. Berikut rangkuman mengenai aturan tersebut mengacu pada PUEBI daring:

Sementara itu, dikutip melalui website Tirto, dijelaskan bahwa kata ganti “kau” tidak selalu ditulis dengan dirangkai melainkan bisa juga dipisah dari kata sebelum maupun setelahnya. Aturan penulisan kata ganti yang benar ini mengacu pada struktur kalimat.

Jika kata “kau” dalam suatu kalimat menjadi subjek dan diikuti Keterangan (baik waktu, tempat), penulisannya dipisah. Berikut contohnya:

Sementara, jika kata ganti “kau” berperan sebagai subjek maupun predikat tanpa Keterangan setelahnya. Barulah mengikuti aturan penulisan kata ganti kau- yang dijelaskan sebelumnya. Sehingga kata kau- disambung penulisannya dengan kata setelahnya.

Sebagai informasi tambahan, kata ganti juga berlaku untuk penyebutan Tuhan di dalam naskah. Umumnya menggunakan kata ganti -Mu dan -Nya. Sesuai aturan di PUEBI daring, penulisan kata ganti Tuhan wajib diawali dengan huruf kapital dan dirangkai menggunakan tanda hubung (-). Berikut beberapa contohnya dalam kalimat:

Kata ganti selain dalam bentuk -Mu dan -Nya yang ditujukkan untuk Tuhan juga selalu diawali dengan huruf kapital. Termasuk kata sandang misalnya Sang, Maha, dan lain sebagainya. Sehingga setiap kali kata ganti dan kata sandang yang diarahkan kepada Tuhan maka wajib diawali dengan huruf kapital.

Aturan penulisan ini masih kerap ditemukan salah, cek penulisan yang benar:

Cara Penulisan Rupiah yang Benar

Cara Penulisan Rupiah yang Benar sesuai PUEBI

Berdasarkan aturan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) II.H.5. dijelaskan bahwa lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

Sementara itu, pada poin II.H.6. disebutkan bahwa akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal, maka setiap kata depan ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Sesuai dengan aturan tersebut maka penulisan rupiah bisa ditulis sebagai "Rp" tanpa tanda titik. Sebagai contoh, penulisan seratus ribu rupiah yang benar adalah "Rp100.000".

Agar lebih jelas dan mudah dipahami, berikut 4 cara penulisan nominal uang rupaih yang benar.

CARA PENULISAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

Senin, 23 Oktober 2017 ~ Oleh admin smk bm alikhlas ~ Dilihat 75697 Kali

Memperhatikan pemakaian huruf seperti :

Catatan: Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.

Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.

Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.

Mengenai Penulisan Kata

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Novel itu sangat menarik.

Misalnya: Berlari, Berlatih.

Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.

Misalnya: mem-PHK-kan, di-upgrade

Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi

Misalnya: dilipatgandakan, menggarisbawahi

Misalnya: antarkota, ekstrakurikuler, pramuniaga

Catatan: Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu.

a)      Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.

b)      Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal.

c)       Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.

d)      Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.

e)      Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Catatan:

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalamgabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab II, Huruf D, Butir 3.)

H. Singkatan dan Akronim

a)      Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.

b)       Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

c)       Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.

I. Angka dan Bilangan

Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Catatan: Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri.

Mengenai Pemakaian Tanda Baca

C. Tanda Titik Koma (;)

D. Tanda Titik Dua (:)

a.            se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,

b.            ke- dengan angka,

c.             angka dengan -an,

d.            kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital,

e.            kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan

f.             gabungan kata yang merupakan kesatuan.

Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.

K. Tanda Petik Tunggal (‘ ‘)

L. Tanda Kurung (( ))

M. Tanda Kurung Siku ([ ])

O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

Dia ‘kan sudah kusurati.                (‘kan = bukan)

Malam ‘lah tiba.                (‘lah = telah)

1 Januari ’08        (’08 = 1988)

Mengenai Penulisan Unsur Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dan de l’homme par l’homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal itu, diusahakan ejaannya disesuaikan dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Sumber : http://id.wikisource.org/wiki/Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan

Angka Romawi merupakan bilangan untuk penomoran yang digunakan pada zaman Romawi Kuno. Angka Romawi sering digunakan pada penomoran jam dan bab buku.Sistem penomoran Angka Romawi, menggunakan huruf latin untuk melambangkan angka numerik. Masing-masing karakter dari angka Romawi merupakan huruf kapital pada alfabet modern.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karakter dasar angka Romawi yakni :

Angka Romawi yang merupakan kombinasi karakter dasar yakni :

Cara penulisan angka RomawiCara menuliskan angka Romawi, dengan mengubah angka desimal ke angka Romawi adalah sebagai berikut :1. Tulisan angka desimal yang ingin diubah. Contoh angka 1.989.2. Jabarkan angka desimal sebagai satuan, puluhan, ratusan, ribuan, misalnya 1000 + 900 + 80 + 93. Jadikan angka-angka tersebut dalam karakter angka Romawi. misal 1.000 + 900 + 80 + 9 = M + CM + LXXX + IX4. Gabungkan karakter angka Romawi yang telah dijumlahkan sesuai urutannya. M + CM + LXXX + IX = MCMLXXXIXBerikut beberapa contoh angka desimal yang diubah ke angka Romawi :-Angka Romawi 78 = 70 + 8 = LXX + VIII = LXXVIII-Angka Romawi 876 = 800 + 70 + 6 = DCCC + LXX + VI = DCCCLXXVI-Angka Romawi 2019 = 2000 + 10 + 9 = MM + X + IX = MMXIX-Angka Romawi 1234 = 1000 + 200 + 30 + 4 = M + CC + XXX + IV = MCCXXXIV-Angka Romawi 2020 = 2000 + 20 = MM + XX = MMXXItulah dasar-dasar karakter angka romawi, dan bagaimana cara penulisan yang baik dan benar.

Anda mungkin ingin melihat